Rabu, 02 Agustus 2017

MAKALAH PERTUMBUHAN ILMU ISLAM



KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM” dengan lancar. Dalam penulisan makalah ini kami tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
            Kami sadar bahwa sebagai manusia tentu mempunyai kesalahan dan kehilafan. Oleh karena itu kami selaku penulis makalah ini mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

                                                                                                               


















BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Ahmad Tafsir (1994) menyatakan bahwa pendidikan dalam Islam merupakan sebuah rangkaian proses pemberdayaan manusia menuju taklif (kedewasaan), baik secara akal, mental maupun moral, untuk menjalankan fungsi kemanusiaan yang diemban-sebagai seorang hamba (abd) dihadapan Khaliq-nya dan sebagai ‘pemelihara’ (khalifah) pada semesta-(Tafsir, 1994). Karenanya, fungsi utama pendidikan adalah mempersiapakn peserta didik (generasi penerus) dengan kemampuan dan keahlian (skill) yang diperlukan agar memiliki kemampuan dan kesiapan untuk terjun ke tengah masyarakat (lingkungan). Dalam lintasan sejarah peradaban Islam, peran pendidikan ini benar-benar bisa dilaksanakan pada masa-masa kejayaan Islam. Hal ini dapat kita saksikan, di mana pendidikan benar-benar mampu membentuk peradaban sehingga peradaban Islam menjadi peradaban terdepan sekaligus peradaban yang mewarnai sepanjang Jazirah Arab, Asia Barat hingga Eropa Timur. Untuk itu, adanya sebuah paradigma pendidikan yang memberdayakan peserta didik merupakan sebuah keniscayaan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana periodesasi pendidikan islam?
2.      Bagaimana pendidikan pada masa Rasulullah saw.?
3.      Bagaimana pendidikan pada masa Al-Khulafah Al-Rasyidin?
4.      Bagaimana pendidikan pada masa Bani Umawiyah?
C.     Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1.      Mengetahui proses pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam
2.      Mengetahui pusat-pusat pendidikan islam









DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
B.         Rumusan masalah
C.        Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.        Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam
B.         Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
a.       Pendidikan pada masa Rasulullah saw di Mekah
b.      Pendidikan pada masa Rasulullah di MAdinah
C.        Pendidikan Islam Pada Masa Khulafa Al-Rasyidin
D.        Pendidikan Islam Pada Masa Bani Umayah
BAB III PENUTUP
A.        Kesimpulan
B.         Saran
DAFTAR PUSTAKA












BAB II
PEMBAHASAN

A.     PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh karenanya, periodesasi pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri.
Periodisasi pendidikan islam dibagi menjadi 5 periode, yaitu:
1.      Periode pembinaan pendidikan islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad Saw
2.      Periode pertumbuhan pendidikan islam, yang berlangsung sejak nabi Muhammad Saw wafat sampai akhir bani Umayyah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu haliyah
3.      Periode kejayaan pendidikan islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan islam.
4.      Periode kemunduran pendidikan islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ketangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi kebudayaan islam dan berpindah pusat pengembangan kebudayaan ke dunia barat
5.      Periode pembaharuan pendidikan islam, yang berlangsung sejak penduduk Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam.
Prof. Dr. Harun Nasution secara garis membagi sejarah islam kedalam tiga periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern.
Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
Ø  masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)
Ø  masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M)
Ø  masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)
Ø  masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)
Ø  masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang.


B.     PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA RASULULLAH
Pendidikan islam pada masa Rasulullah dapat dibedakan menjadi 2 periode:
a.      Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah di Makkah
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang pertama di Gua Hira di Makkah pada tahun 610 M.dalam wahyu itu termaktub ayat al-qur’an yang artinya: “Bacalah (ya Muhammad) dengan nama tuhanmu yang telah menjadikan (semesta alam). Dia menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan tuhanmu maha pemurah. Yang mengajarkan dengan pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
Kemudian disusul oleh wahyu yang kedua termaktub ayat al-qur’an yang artinya: Hai orang yang berkemul (berselimut). Bangunlah, lalu berilah peringatan! dan Tuhanmu agungkanlah! dan pakaianmu bersihkanlah. dan perbuatan dosa tinggalkanlah. dan janganlah kamu member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.
Dengan turunnya wahyu itu Nabi Muhammad SAW telah diberi tugas oleh Allah, supaya bangun melemparkan kain selimut dan menyingsingkan lengan baju untuk member peringatan dan pengajaran kepada seluruh umat manusia, sebagai tugas suci, tugas mendidik dan mengajarkan islam.kemudian kedua wahyu itu diikuti oleh wahyu-wahyu yang lain. Semuanya itu disampaikan dan diajarkan oleh Nabi, mula-mula kepada karib kerabatnya dan teman sejawatnya dengan sembunyi-sembunyi.
Setelah banyak orang memeluk islam, lalu Nabi menyediakan rumah Al- Arqam bin Abil Arqam untuk tempat pertemuan sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya. di tempat itulah pendiikan islam pertama dalam sejarah pendidian islam.disanalah Nabi mengajarkan dasar-dasar atau pokok-pokok agama islam kepada sahabat-sahabatnya dan membacakan wahyu-wahyu (ayat-ayat) alqur’an kepada para pengikutnya serta Nabi menerima tamu dan orang-orang yang hendak memeluk agama islam atau menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan agama islam. Bahkan disanalah Nabi beribadah (sholat) bersama sahabat-sahabatnya.
Lalu turunlah wahyu untuk menyuruh kepada Nabi, supaya menyiarkan agama islam kepada seluruh penduduk jazirah Arab dengan terang-terangan. Nabi melaksanakan tugas itu dengan sebaik-baiknya. Banyak tantangan dan penderitaan yang diterima Nabi dan sahabat-sahabatnya. Nabi tetap melakukan penyiaran islam dan mendidik sahabat-sahabatnya dengan pendidikan islam.
Dalam masa pembinaan pendidikan agama islam di Makkah Nabi Muhammad juga mengajarkan alqur’an karena al-qur’an merupakan inti sari dan sumber pokok ajaran islam. Disamping itu Nabi Muhamad SAW, mengajarkan tauhid kepada umatnya.
Intinya pendidikan dan pengajaran yang diberikan Nabi selama di Makkah ialah pendidikan keagamaan dan akhlak serta menganjurkan kepda manusia, supaya mempergunakan akal pikirannya memperhatikan kejadian manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam semesta seagai anjuran pendidikan ‘akliyah dan ilmiyah. Pembinaan pendidikan islam pada masa Makkah meliputi:
·         Pendidikan Keagamaan yaitu hendaklah membaca dengan nama Allah semata jangan dipersekutukan dengan nama berhala
·         Pendidikan Akliyah dan Ilmiah yaitu mempelajari kejadian manusiadari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
·         Pendidikan Akhlak dan Budi pekerti yaitu Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada sahabatnya agar berakhlak baik sesuai dengan ajaran tauhid.
·         Pendidikan Jasmani atau Kesehatan Yaitu mementingkan kebersihan pakaian, badan dan tempat kediaman.
b.      Pendidikan Islam pada Masa Rasulullah di Madinah
Cara Nabi melakukan pembinaan dan pengajaran pendidikan agaam islam di Madinah adalah sebagai berikut:
Ø  Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan sosial dan politik.
Nabi Muhammad SAW mulai meletakkan dasar-dasar terbentuknya masyarakat yang bersatu padu secara intern (ke dalam), dan ke luar diakui dan disegani oleh masyarakat lainnya (sebagai satu kesatuan politik).
Ø  Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan.
Materi pendidikan sosial dan kewarnegaraan islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan di sempurnakan dengan ayat-ayat yang turun Selama periode Madinah.
Tujuan pembinaan adalah agar secara berangsur-angsur, pokok-pokok pikiran konstitusi Madinah diakui dan berlaku bukan hanya di Madinah saja, tetapi luas, baik dalam kehidupan bangsa Arab maupun dalam kehidupan bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Ø  Pendidikan anak dalam islam
Dalam islam, anak merupakan pewaris ajaran islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad saw dan gnerasi muda muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan islam ke seluruh penjuru alam. Oleh karenanya banyak peringatan-peringatan dalam Al-qur’an.
Adapun garis-garis besar materi pendidikan anak dalam islam yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana yang diisyaratkan oleh Allah SWT dalam surat Luqman ayat 13-19 adalah sebagai berikut: Pendidikan Tauhid, Pendidikan Shalat, Pendidikan adab sopan dan santun dalam bermasyarakat, Pendidikan adab dan sopan santun dalam keluarga, Pendidikan kepribadian, Pendidikan kesehatan, Pendidikan akhlak.
Ø  Kurikulum Pendidikan Islam Pada Masa Rasulullah SAW
Mengindentifikasikan kurikulum pendidikan pada zaman Rasulullah terasa sulit, sebab Rasul mengajar pada sekolah kehidupan yang luas tanpa di batasi dinding kelas. Rasulullah memanfaatkan berbagai kesempatan yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan rasulullah menyampaikan ajarannya dimana saja seperti di rumah, di masjid, di jalan, dan di tempat-tempat lainnya.
Sistem pendidikan islam lebih bertumpu kepada Nabi, sebab selain Nabi tidak ada yang mempunyai otoritas untuk menentukan materi-materi pendidikan islam.
C.     PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KULAFA AL-RASYIDIN
Tahun-tahun pemerintahan Khulafa al-Rasyidin merupakan perjuangan terus menerus antara hak yang mereka bawa dan dakwahkan kebatilan yang mereka perangi dan musuhi. Pada zaman khulafa al-Rasyidin seakan-akan kehidupan Rasulullah SAW itu terulang kembali. Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
Pendidikan pada masa khalifah Abu Bakar tidak jauh berbeda dengan pendidikan pada masa Rasulullah. Pada masa khalifah Unar bin Khattab, pendidikan sudah lebih meningkat dimana pada masa khalifah Umar, guru-guru sudah diangkat dan digaji untuk mengajar ke daerah-daerah yang baru ditaklukan. Pada masa khalifah Usman bin Affan, pendidikan diserahkan pada rakyat dan sahabat tidak hanya terfokus di Madinah saja, tetapi sudah di bolehkan ke daerah-daerah untuk mengajar.pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib, pendidikan kurang mendapat perhatian, ini disebabkan pemerintahan Ali selalu dilanda konflik yang berujung kepada kekacauan.
D.    PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA BANI UMAYAH
a.      Visi, Misi Tujuan dan Sasaran
Visi Pendidikan di zaman Bani Umayyah secara eksplisit tidak dijumpai. Namun dari berbagai petunjuk bisa diketahui bahwa visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam. Adapun misinya antara lain  :
1.      Menyelenggarakan Pendidikan agama dan umum secara seimbang.
2.      Melakukan penataan kelembagaan dan aspek-aspek pendidikan Islam.
3.      Memberikan pelayanan pendidikan pada seluruh wilayah Islam secara adil dan merata.
4.      Menjadikan pendidikan sebagai penopang utama kemajuan wilayah Islam.
5.      Memberdayakan masyarakat agar dapat memecahkan masalahnya dengan kemampuannya     sendiri.
Adapun Tujuannya adalah menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dalam secara seimbang dalam ilmu agama dan umum serta mampu menerapkannya bagi kemajuan wilayah Islam. Sedangkan yang menjadi sasarannya adalah seluruh umat dan warga yang terdapat diseluruh wilayah kekuasaan Islam,sebagai dasar bagi dirinya dalam membangun masa depan yang lebih baik. Visi,misi,tujuan dan sasaran pendidikan tersebut diatas, secara eksplisit
atau tertulis tentu belum ada. Namun dari segi kebijakannya secara umum serta hasil-hasil yang dicapai oleh dinasti ini mengandung visi,misi,tujuan dan sasaran tersebut.
b.      Kelembagaan Pendidikan Bani Umayyah
Adapun Lembaga-lembaga pendidikan yang berkembang pada zaman daulah Bani Umayyah, yakni sebagai berikut :
1.      Istana
Pendidikan di istana bukan saja mengajarkan ilmu pengetahuan umum,melainkan juga mengajarkan tentang kecerdasan,jiwa,dan raga anak. Timbulnya pendidikan di Istana untuk anak-anak adalah berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak didik agar mampu melaksanakan tugas kelak setelah ia dewasa. Pendidikan anak di istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di kuttab pada umumnya. Di istana orang tua murid (para pembesar di istana) adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendaki oleh orang tuanya. Guru yang mengajar di istana di sebut mu’addib. Rencana pelajaran untuk pendidikan di istana pada garis besarnya sama saja dengan rencana pelajaran pada kuttab-kuttab,hanya ditambah atay dikurangi menurut kehendak para pembesar yang bersangkutan.
2.      Khuttab
Khuttab atau Maktab berasaal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau tempat menulis, jadi Khuttab adalah tempat belajar menulis. Khuttab merupakan tempat anak-anak belajar menulis dan membaca, menghafal Al Quran serta belajar pokok-pokok ajaran Islam.[6]
Adapun cara yang dilakukan oleh pendidik disamping mengajarkan Al Quran mereka juga belajar menulis dan tata bahasa serta tulisan. Perhatian mereka bukan tertumpu mengajarkan Al Quran semata dengan mengabaikan pelajaran yang lain, akan tetapi perhatian mereka pada pelajaran sangat pesat. Al Quran dipakai sebagai bahasa bacaan untuk belajar membaca, kemudian dipilih ayat-ayat yang akan ditulis untuk dipelajari. Disamping belajar menulis dan membaca murid-murid jug mempelajari tata bahasa Arab, cerita-cerita Nabi, hadist dan pokok agama.
Peserta didik dalam Khutab adalah anak-anak, tidak dibatasi baik miskin ataupun kaya. Para guru tidak membedakan murid-murid mereka, bahkan ada sebagian anak miskin yang belajar di Khuttab memperoleh pakaian dan makanan secara cuma-cuma. Anak-anak perempuan pun memperoleh hak yang sama dengan anak-anak laki-laki dalam belajar.
3.      Mesjid
Peranan Mesjid sebagai pusat pendidikan dan pengajaran senantiasa terbuka lebar bagi setiap orang yang merasa dirinya tetap dan mampu untuk memberikan atau mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Pada Bani Umayyah, Mesjid merupakan tempat pendidikan tingkat menengah dan tingkat tinggi setelah khuttab. Pelajaran yan diajarkan meliputi Al Quran, Tafsir, Hadist dan Fiqh. Juga diajarkan kesusasteraan, sajak, gramatika bahasa, ilmu hitung dan ilmu perbintangan.
4.      Badi’ah
Lembaga Pendidikan  Badiah muncul seiring dengan kebijakan pemerintahan Bani Umayyah untuk melakukan program Arabisasi yang digagas oleh khalifah Abdul Malik Ibn Marwan. Secara harfiah badiah artinya dusun Badui di padang sahara yang di dalam terdapat padang sahara yang didalam terdapat bahasa Arab yang masih fasih dan murni sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Akibat dari Arabisasi ini maka muncullah ilmu qawaid dan cabang ilmu lainnya mempelajari bahasa Arab. Melaui pendidikan di Badiah ini,maka bahasa Arab dapat sampai ke Irak,Syiria,Mesir, Lebanon,Tunisia,Al-Jazair,Maroko,di samping Saudi Arabia, Yaman, Emirat Arab,dan sekitarnya. Dengan demikian banyak para penguasa yang mengirim anaknya untuk belajar bahasa Arab keBadiah.
5.      Perpustakaan 
Perpustakaan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan serta kegiatan penelitian dan penulisan karya ilmiah. Pada pendidikan dan pengajaran yang berbasis penelitian, perpustakaan, memegang peranan yang sangat penting. Ia menjadi jantung sebuah lembaga pendidikan.
 Perpustakaan selanjutnya tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan buku, melainkan juga melakukan kegiatan belajar mengajar. Seorang penulis atau pengarang terkadang diundang ke perpustakaan untuk mempresntasikan temuan atau informasi yang ada dalam buku yang ditulisnya. Di zaman Bani Umayyah perhatian dan pengembangan terhadap  perpustakaan mengalami peningkatan. Al-Hakam ibn Nasir (350 H.961M) misalnya mendirikan perpustakaan yang besar di kordoba.
6.      Al. Bimaristan
Al Bimaristan adalah rumah sakit tempat berobat dan merawat orang serta berfungsi sebagai tempat melakukan magang dan penelitian bagi calon dokter. Di masa sekarang ini al-Bimaristan di kenal dengan istilah Teaching hospital (Rumah sakit Pendidikan). Khalid Ibn Yazid, Cucu mu’awiyah, misalnya tertarik pada ilmu kimia dan kedokteran.
Melalui wewenang yang ada padanya ia menyediakan jumlah dana dan memerintahkan para sarjana Yunani yang ada di Mesir untuk menterjemahkan buku kimia,dan kedokteran ke dalam bahasa Arab. Inilah kegiatan penerjemahan pertama dalam sejarah Islam. Tempat untuk melakukan kegiatan keilmuan ini adalah al-Bimaristan. Khalifah al-waid ibn Abd Malik termasuk khalifah yang banyak memberikan perhatian terhadap al-Bimaristan.


c.       Kurikulum Pendidikan Bani Umayah
Kurikulum pendidikan pada Bani Umayyah meliputi :
1.      Ilmu agama yakni Al-Qur’an,Hadis dan Fikih. Sejarah mencatat bahwa pada masa khalifah Umar Ibn Abd al-Aziz (99-10 H) dilakukan proses pemubukuan Hadis, sehingga studi Hadis mengalami perkembangan yang pesat.
2.      Ilmu sejarah dan geografi yaitu segala ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah dan riwayat.
3.      Ilmu Pengetahuan bidang bahasa,yaitu segala Ilmu yang mempelajari bahasa,nahwu,saraf,dan lain-lain.
4.      Filsafat yaitu segala ilmu pada umumnya berasal dari bangsa asing, seperti ilmu mantik,kimia,astronomi,ilmu hitung dan ilmu yang behubungan dengan hal tersebut, dan ilmu Kedokteran.
Kurikulum pelajaran selanjutnya diatur secara lebih khsusus pada setiap lembaga khusus pada setiap lembaga pendidikan. Untuk pendidikan di istana misalnya diajarkan tentang Al-Qur’an, Al-Hadis, syair-syair yang terhormat riwayat para hukama (filsuf), membaca, menulis, berhitung, dan ilmu-ilmu umum lainnya.
d.      Pendidik
Pendidik adalah seorang yang tugasnya selain mentransfer ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kepada peserta didik,juga menumbuhkan,membina,dan mengembangkan bakat minat dan segenap potensi yang dimiliki peserta didik, sehingga menjadi actual dan terbedayakan secara optimal. Pendidik pada zaman Bani Umayyah di sesuaikan dengan tugas dan fungsinya pada lembaga pendidikan sebagaimana disebutkan diatas, yaitu ada pendidik yang bertugas di istana, dan ada pula pendidik yang bertugas di badiah, perpustakaan, dan al-Bimaristan.
Pendidik di istana adalah orang-orang yang memiliki berbagai keahlian, yakni pendidik ilmu agama (Al-qur’an,Al-hadis,dan fikih) yang terdiri dari para ulama pendidik ilmu bahasa dan sastra yang terdiri dari para ahli bahasa, dan pendidik bidang ketrampilan. Pendidik di badiah adalah para ahli bahasa dan sastra, adapun pendidik di perpustakaan adalah para penulis buku dan penerjemah. Adapun pendidik di al-Bimaristan adalah para dokter dan tenaga medis.
e.      Pembiayaan dan Pengelolaan Pendidikan
Pembiayaan pendidikan di artikan sebagai usaha menyediakan sumber dana, sistem penelolaan dan penggunaannya untuk berbagai kegiatan,termasuk pendidikan. Pembiayaan diperlukan untuk mengadakan atau membeli segala hal yang dibutuhkan untuk pendidikan, seperti membangun gedung sekolah,ruang belajar mengajar,perpustakaan, gedung laboratorium dan praktikum,gedung admisntrasi,gedung pimpinan, pengadaan peralatan belajar mengajar, penggaji guru,dan staf administrasi,pengadaan tulis menulis, kegiatan promosi,dan penyelenggaraan berbagai kegiatan pendidikan.Walaupun belum dijumpai informasi sejarah yang pasti dan meyakinkan tentang biaya yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan pendidikan  pada zaman Bani Umayyah, namun dipastikan bahwa kegiatan pendidikan yang berlangsung di istana,badiah,perpustakaan,al-bimaristan,,di samping diselenggarakan di kuttab,dan mesjid,jelas membutuhkan pembiayaan. Karena tidak mungkin kegiatan pendidikan tersebut dapat berjalan tanpa pembiayaan.
Para khalifah Bani Umayyah seperti Muawiyah ibn Abi Sufyan, Abd al-Malik ibn Marwan,al Walid ibn Abd. Al-Malik,Umar ibn Abd, al-Aziz, dan Hasyim ibn Abd.al-Malik sudah pasti mengeluarkan pembiayaan untuk pendidikan. Pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai kegiatan merencakan (planning), mengorganisasikan (organizing), melaksanakan (actualling), mengawasi (controlling), membina (supervising), dan menilai (evaluating) hal-hal yang berkaitan dengan seluruh aspek pendidikan : kurikulum, proses belajar mengajar hasil pembelajaran, kinerja para guru dan staf, pelayanan administrasi pendidikan,dan respon masyrakat merupakan sesuatu yang dinamis dan mudah pengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan.
Kegiatan pendidikan yang dilaksanakan pada berbagai lembaga pendidikan di zaman Bani Umayyah sebagaimana tersebut diatas, sudah pasti memerlukan pengelolaan. Berdasarkan informasi sejarah bahwa pengelolaan kegiatan pendidikan pada zaman Bani Umayyah di lakuka secara desentralisasi yakni pemerintah menyerahkan pengelolaan pendidikan kepada kebijakan masing-masing gubernur di provinsi.
Adapun pemerintah pusat hanya menetapkan kebijakan yang bersifat umum saja, misalnya kebijakan tentang peerlunya program Arabisasi di zaman khalifah Abd.al-malik ibn Marwan. Melaksanakan program ini masing-masing provinsi menyelenggrakan program tersebut sesuai dengan kebijakannya.
f.        Lulusan
Lulusan pendidikan dapat diartikan mereka yang telah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang tertentu yang selanjutnya mendapat gelar atau sebutan yang menunjukkan keahliannya, dan memiliki otoritas atau kepercayaan untuk mengajarkan ilmunya. Para lulusan pendidikan di zaman Bani Umayyah ini terdiri dari para tabi’in, yaitu mereka yang hidup berguru kepada para sahabat Nabi, atau generasi kedua setelah sahabat.
Dengan demikian hubungan mereka dengan Rasulullah terletak pada hubunganmission,gagasan,cita-cita,dan semangat, dan bukan pada hubungan persahabatan atau perkawanan. Di antara para tabi’in tersebut walaupun tidak sempat berjumpa dan berguru dengan Nabi Muhammad SAW, namun visi,misi,dan tujuan perjuangannya tidak berbeda dengan yang dibawa oleh Nabi  Muhammad Saw, bahkan diantara para tabi’in tersebut ada yang masih memiliki keturunan dengan Nabi Muhammad Saw. 
Para lulusan pendidikan tersebut sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang mereka ikuti. Ada yang merupakan lulusan dari pendidikan istana, badiah,perpustakaan,dan rumah sakit, serta ada pula yang belajar ilmu-ilmu dasar di masjid dan kuttab. Selanjutnya dengan kecerdasan, keseungguhan,ketabahan, dan keuletannya, ia terus mengembangkan ilmunya secara autodidak untuk selanjutnya menjadi seorang ahli. Belum ada informasi yang pasti tentang berapa jumlah lulusan pendidikan zaman Bani Umayyah. Pada bagian ini hanya akan dikemukakan beberapa orang saja yang namanya sering didengar di kalangan para sarjana dan para pakar studi Islam. Mereka itu adalah Thawus bin Kaisan (ahli Ibadah atau zahid), al-Hasan al-Bashri (ahli fiqih dan ahli tasawuf yang kuat hafalannya), Muhammad bin Sirin (ahli Fiqih dan perawi hadis), al-Imam al-Zuhri (ahli Hadis dan hafidz), al-Imam Abu Hanifah (ahli Fiqih) Abdurrahman bin Amr al-Auza’I (ahli fiqih), Sufyan al-Tsauri (ahli Hadis) Malik bin Anas (ahli hadis dan fikqih), Waqi’ bin al-jarrah (ahli fiqih), yahya bin said al-Qaththani (ahli Hadis),Muhammad bin Idris al-syafi’I (ahli fiqih), Yahya bin Ma;in (ahli hadis) dan Ahmad bin Hambal (ahli Hadis dan fiqih).
Faktor pendukung dan penghambat pendidikan Bani Umayah
Dalam perjalanan setiap pemerintahan sudah sangat lazim tentu ada beberapa faktor sebagai pendukung dan tentunya ada faktor yang menjadi penghambat jalannya sebuah pemerintahan tersebut. Dalam bidang pendidikan di masa pemerintahan bani Umayah dapat di klasifikasikan dalam dua ranah yakni :
1.      Faktor Pendukung
Hampir di pastikan bahwa pendidikan di zaman Bani umayyah sudah lebih berkembang dibandingkan dengan zaman khulafaurrasyidin, perkembangan pendidikan tersebut yang paling menonjol yakni pada aspek kelembagaan dan ilmu pengetahuan yang di ajarkan. Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam telah berkembang lembaga-lembaga pendidikan sejak di zaman Bani Umayah sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan di atas. Dalam perkembangan lembaga-lembaga tersebut maka diantara faktor pendukung pendidikan di zaman bani Umayyah  yakni :
1.        Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
2.        Pendidikan rendah di istana bagi anak-anak pejabat
3.        Majlis sastra
4.        Badi’ah sebagai tempat khusus belajar Bahasa Arab
5.        Perpustakaan
6.        Rumah sakit sebagai tempat praktik calon dokter
7.        Masjid selain tempat Ibadah juga pusat komunikasi pengetahuan bagi umat Islam di waktu masa tersebut.
8.        Pendidik
2.      Faktor Penghambat
Dalam perjalanan pendidikandi zaman Bani Umayyah meskipun telah melembaga sebagaimana disebutkan diatas, akan tetapi sistemnya masih bersifat sederhana dan konvensional dan belum dapat di samakan dengan pendidikan yang berkembang saat ini. Kemudian menyangkut faktor penghambat dalam sistem pendidikan Bani Umayyah salah satu yang paling menonjol adalah faktor situasi politik dan sosial yang terjadi di zaman Bani Umayyah. Sebagaimana di sebutkan sejak awal dalam makalah ini bahwa proses menjadiny kepemimpinan Bani Umayyah adalah sangat sarat dengan politik yang bisa dikatakan high politic di masa itu. Kemudian dalam pergantian khalifah ke khalifah adalah dengan lingkaran oligarki keluarga dalam dinasty tersebut.
Pendidikan di zaman bani umayyah dalam perkembangannya terhambat juga dengan perpolitikan di masa itu. Secara politik masa Bani Umayyah berlangsung kurang lebih selama 90 Tahun dan pada masa itu dibalik perkembangan pendidikan yang di sebutkan dalam pembahasan diatas, namun ada yang lebih fokus di bandingkan perhatian dalam dunia pendidikan yang di lakukan oleh Bani Umayyah yakni perluasan wilayah dan meredam berbagai macam gejolak pemberontakan yang di lakukan oleh orang-orang yang berlawanan politik dengan pemerintah Bani Umayyah. Sehingga dengan berbagai macam pemberontakan-pemberontakan yang terjadi maka secara otomatis menghambat dalam proses perkembangan pendidikan di zaman pemerintahan Bani Umayyah.
BAB III
PENUTUP


A.     KESIMPULAN
Periodisasi pendidikan islam dibagi menjadi 5 periode, yaitu:
1.        Periode pembinaan pendidikan islam
2.        Periode pertumbuhan pendidikan islam
3.        Periode kejayaan  pendidikan islam
4.        Periode kemunduran pendidikan islam
5.        Periode pembaharuan pendidikan islam
Prof. Dr. Harun Nasution secara garis membagi sejarah islam kedalam tiga periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern. Kemudian dalam buku Dra. Zuhairini dijelaskan bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:
Ø  masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M), ada dua masa yaitu sewaktu Rasulullah di Mekah dan di Madinah
Ø  masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M)Pendidikan islam masih tetap memantulkanAl-Qur’an dan Sunnah di ibu kota khilafah di Makkah, di Madinah dan di berbagai negri lain yang ditaklukan oleh orang-orang islam.
Ø  masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M), visinya adalah unggul dalam ilmu agama dan umum sejalan dengan kebutuhan zaman dan masing-masing wilayah Islam.
Ø  masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)
Ø  masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang.










DAFTAR PUSTAKA

Dudung Abdurrahman, Sejarah Peradaban Islam,2010. Jakarta: Rajawali Pers
Fahidin, Fuad Muhammad, Perkembangan Kebudayaan Islam, 1985. Jakarta: Bulan Bintang
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, 1995, Jakarta: Bumi Aksara


MAKALAH
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ISLAM

O

L

E

H

NAMA   : ANITA SRIWAHYUNI
KELAS  : VIII 7


SMPN 1 MASBAGIK
2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...