Kamis, 05 Oktober 2017

MAKALAH KEKHALIFAHAN DINASTI ABBASIYAH



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: الخلافة العباسية, al-khilāfah al-‘abbāsīyyah) atau Bani Abbasiyah (Arab: العباسيون, al-‘abbāsīyyūn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak). Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukkan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama tiga abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk. Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat, yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabiyyah dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.
Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.
B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan sejarah bangkitnya Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !
2.      Jelaskan periode Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !
3.      Jelaskan silsilah Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !
C.    Tujuan
1.      Untuk jelaskan sejarah bangkitnya Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !
2.      Untuk jelaskan periode Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !
3.      Untuk jelaskan silsilah Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah !


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Bangkitnya Bani Abbasiyah
Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan bani Umayyah, diman pendiri bani Abbasiyah adalah keturunan al-Abbas, paman nabi Muhammad SAW yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali bin Abdullah ibn al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. 
Ketika dinasti Umayyah berkuasa bani Abbas telah melakukan usaha perebutan kekuasaan. Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal liberal dan memberikan toleransi pada kegiatan keluarga Syi’ah. Gerakan itu didahului oleh saudara-saudara dari Bani abbas, seperti Ali bin Abdullah bin Abbas, Muhammad serta Ibrahim al-Imam, yang semuanya mengalami kegagalan, meskipun belum melakukan gerakan yang bersifat politik. Sementara itu Ibrahim meninggal dalam penjara karena tertangkap, setelah menjalani hukuman kurungan karena melakukan gerakan makar. Barulah usaha perlawanan itu berhasil ditangan Abu Abbas, setelah melakukan pembantaian terhadap seluruh bani Umayyah, termasuk khalifah Marwan II yang sedang berkuasa.
Orang-orang Abbasiyah, sebut saja bani Abbas merasa lebih berhak dari pada bani Umayyah atas kekhalifahan Islam, sebab mereka adalah keturunan bani Hasyim yang secara nasab keturunan lebih dekat dengan Nabi. Menurut mereka, orang-orang Umayyah secara paksa menguasai kekhalifahan melalui tragedi perang siffin. Oleh karena itu, untuk mendirikan dinasti Abbasiyah mereka mengadakan gerakan yang luar biasa dalam bentuk pemberontakan terhadap bani Umayyah. Propaganda Abbasiyah dilaksanakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan rahasia. Akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin Abbasiyah yang berkeinginan mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah Umayyah terakhir yaitu Marwan bin Muhammad. Ibrahim tertangkap oleh pasukan dinasti Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan kepada adiknya yaitu Abul Abbas untuk menggantikan kedudukannya ketika tahu ia akan dibunuh dan memerintahkan untuk pindah ke Kufah dan pemimpin propaganda dibebankan kepada Abu Salamah. 
Penguasa Umayyah di Kufah, Yazid bin Umar bin Hubairah ditaklukkan oleh Abbasiyah dan diusir ke Wasit. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan. Abdullah bin Ali, salah seorang paman Abul abbas diperintahkan untuk mengejar khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad bersama pasukannya yang melarikan diri. Khalifah ini terus menerus melarikan diri hingga ke Fustat di Mesir dan akhirnya terbunuh di Busir wilayah Al-Fayyum, tahun 132 H/750 M di bawah pimpinan Salih bin Ali, dengan demikian maka tumbanglah kekuasaan dinasti Umayyah dan berdirilah Dinasti Abbasiyah yang dipimpin oleh khalifah pertamanya, yaitu Abul Abbas Ash-Shafah dengan pusat kekuasaan awalnya di Kufah.
Abdullah bin Muhammad alias Abul Al-Abbas diumumkan sebagai khalifah pertama Dinasti Abbasiyah tahun 750 M. Dalam khutbah pelantikan yang disampaikan di Masjid Kufah, ia menyebut dirinya dengan Al-Saffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Hal ini sebenarnya menjadi permulaan yang kurang baik diawal berdirinya dinasti ini, dimana kekuatannya tergantung kepada pembunuhan yang ia jadikan sebagai kebijaksanaan politiknya.
B.     Periodisasi Dinasti Abbasiyah
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan politik itu, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode, yaitu
1.      Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
Periode ini disebut periode pengaruh Persia pertama. Pada periode ini, pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya. Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Dinasti Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pada pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. Walaupun demikian pada periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar.
2.      Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M)
Periode ini disebut masa pengaruh Turki pertama. Untuk mengontrol kekhalifahannya Al-Ma’mun bergantung kepada dukungan Tahir, seorang bangsawan Khurasan yang sebagai imbalan diangkat sebagai gubernur di Khurasan (820-822) dan jenderal bagi seluruh pasukan Abbasiyah dengan janji bahwa jabatan ini akan diwarisi oleh keturunannya. Al-Ma’mun dan Al-Mu’tashim mendirikan dea kekuatan bersenjata yaitu; pasukan syakiriyah yang dipimpin oleh pemimpin lokal dan pasukan Gilman yang terdiri dari budak-budak belian Turki. Yang penting dicatat disini adalah kalau pada masa kejayaannya bani Abbasa mendapat dukungan militer dari rakyatnya sendiri, pada masa kemunduran ini mereka bergantung kepada pasukan asing untuk dapat berkuasa atas rakyatnya sendiri, sehingga pemerintahan pusat menjadi lemah. .Masa-masa berikutnya sampai kedatangan kekuatan Bani Buwaih.
3.      Periode Ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M)
Periode ini adalah periode masa kekuasaaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua. Abu Syuja’ Buwaih adalah seorang berkebangsaan Persia dari Dailam. Ketiga anaknya : Ali (‘Imad al-Daulah), hasan (Rukn al-Daulah), dan Ahmad (Mu’izz al-Daulah) merupakan pendiri dinasti Bani Buwaih. Kemunculan mereka dalam panggung sejarah Bani Abbas bermula dari kedudukan panglima perang yang diraih Ali dan Ahmad dalam pasukan Makan ibn kali dari dinasti saman, tetapi kemudian berpindah ke kubu Mardawij. Kemudian ketiga orang bersaudara ini menguasai bagian barat dan barat daya Persia, dan pada tahun 945, setelah kematian jenderal Tuzun (penguasa sebenarnya atas Baghdad) Ahmad memasuki Baghdad dan memulai kekuasaan Bani Buwaih atas khalifah Abbasiyah.
Dengan berkuasanya Bani Buwaih, aliran Mu’tazilah bangkit lagi, terutama diwilayah Persia, bergandengan tangan dengan kaum Syi’ah. Pada masa ini muncul banyak pemikir Mu’tazilah dari aliran Basrah yang walaupun nama mereka tidak sebesar para pendahulu mereka dimasa kejayaannya yang pertama, meninggalkan banyak karya yang bisa dibaca sampai sekarang. Selama ini orang mengenal Mu’tazilah dari karya-karya lawan-lawan mereka, terutama kaum Asy’ariyah. Yang terbesar diantara tokoh Mu’tazilah periode kebangkitan kedua ini adalah al-Qadi Abd al-jabbar, penerus aliran Basra setelah Abu Ali dan Abu Hasyim.
4.      Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M)
Periode ini adalah masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah atau disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua. Saljuk (Saljuq) ibn Tuqaq adalah seorang pemimpin kaum Turki yang tinggal di Asia Tengah tepatnnya Transoxania atau Ma Wara’ al-Nahar atau Mavarranahr. Thughril Beg, cucu Saljuq yang memulai penampilan kaum Saljuk dalam panggung sejarah. Pada tahun 429/1037 ia tercatat sudah menguasai Merv. Kekuasaannya makin bertambah luas dari tahun ke tahun dan pada tahun 1055 menancapkan kekuasaannya atas Baghdad.
Tughril meninggal tanpa meninggalkan keturunan dan digantikan kemenakannya Alp Arselan yang kemudian digantikan puteranya Maliksyah yang merupakan penguasa terbesar dari dinasti Saljuk. Sesudah itu bani Saljuk mengalami kemunduran sebelum kekuasan mereka di Baghdad pudar sama sekali pada tahun 552 H/ 1157 M. Dalam bidang keagamaan, masa ini ditandai dengan kemenangan kaum Sunni, terutama dengan kebijakan Nidham al-Muluk mendirikan sekolah-sekolah yang disebut dengan namanya Madaris Nidhamiyyah. Hal lain yang perlu dicatat dari masa ini dan masa sebelumnya adalah munculnya berbagai dinasti di dunia Islam yang menggambarkan mulai hilangnya persatuan dunia Islam di bidang politik. Seperti dinasti Fatimiyah lahir di Mesir (969) dan bertahan sampai tahun 1171. Dari segi budaya dan pemikiran keagamaan, terdapat berbagai wilayah dengan pusatnya sendiri yang masing-masing mempunyai peran sendiri dalam mengekspresikan Islam, sesuai dengan kondisi masing-masing. Misal, Andalus dan Afrika Utara mengembangkan seni yang mencapai puncaknya pada al-Hambra dan pemikiran filsafat denngan tokoh Ibn Tufail dan Ibn Rusyd.
5.      Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M)
Periode ini adalah masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Sesudah Saljuk, para khalifah tidak lagi dikuasai oleh kaum tertentu. Tetapi, negara sudah terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan kecil yang merdeka. Khalifah al-Nashir (1180-1255) yang berusaha untuk mengangkat kewibawaan kekhalifahan Abbasiyah. Untuk itu ia mencari dukungan atas kedudukannya dengan bekerja sama dengan suatu gerakan dari orang-orang yang memuja Ali. Dari kalangan pengrajin dan pedagang meyakini Ali sebagai pelindung korporasi. Anggota dari gerakan ini bertemu secara teratur, dan tidak jarang melakukan latihan-latihan spiritual dibawah pimpinan seorang pir. Al-Nashir menempatkan dirinya sebagai pelindung dari gerakan ini. Sementara itu, kekuatan Mongol Tartar mulai merayap dari arah timur dan pada tahun 656 H/1258 H, Hulagu dengan pasukannya memasuki Baghdad dan membunuh khalifah al-Musta’shim dan membunuh penduduk kota ini. Mereka menjarah harta, membakar kitab-kitab dan menghancurkan banyak bangunan. Dengan demikian berakhirlah kekhalifahan Bani Abbas di Baghdad.
Berikut silsilah Dinasti Bani Abbasiyah:
1.      Abu Abbas as Saffah - 132–136 H/750–754 M
2.      Abu Ja’far al Mansur - 136–158 H/754–775 M 
3.      Al Mahdi - 158–169 H/775–785 M 
4.      Musa al Hadi - 169–170 H/785–786 M 
5.      Harun al Rasyid - 170–193 H/786–809 M
6.      Al Amin - 193–198 H/809–813 M 
7.      Abdullah al Makmun - 198–218 H/813–833 M 
8.      Al Mu’tashim Billah - 218–227 H/833–842 M 
9.      Watsiq - 227–232 H/842–847 M 
10.  Al Mutawakkil - 232–247 H/847–861 M
11.  Al Muntasihir - 247–248 H/861–862 M 
12.  Al Musta’in - 248–252 H/862–866 M 
13.  Al Mu’taz - 252–255 H/866–869 M 
14.  Al Muhtadi - 255–256 H/869–870 M 
15.  Al Mutamid - 256–279 H/870–892 M
16.  Al Mu’tadhid - 279–289 H/892–902 M 
17.  Al Muktafi - 289–295 H/902–908 M
18.  Al Muqtadir - 295–320 H/908–932 M
19.  Al Qahir - 320–322 H/932–934 M
20.  Al Radhi - 322–329 H/934–940 M 
21.  Al Muttaqi - 329–333 H/940–944 M 
22.  Al Mustakfi - 333–334 H/944–946 M 
23.  Al Muti - 334–363 H/946–974 M
24.  Al Tha’i - 363–381 H/974–991 M 
25.  Al Qadir - 381–422 H/991–1031 M
26.  Al Qaim - 422–467 H/1031–1075 M 
27.  Al Muqtadi - 467–487 H/1075–1094 M
28.  Al Mustazhir - 487–512 H/1094–1118 M
29.  Al Musytarsyid - 512–529 H/1118–1135 M
30.  Al Rasyid - 529–530 H/1135–1136 M
31.  Al Muktafi - 530–555 H/1136–1160 M 
32.  Al Mustanjid - 555–566 H/1160–1170 M 
33.  Al Mustadhi - 566–575 H/1170–1180 M 
34.  Al Nashir - 575–622 H/1180–1225 M 
35.  Al Zahir - 622–623 H/1225–1226 M
36.  Al Mustanshir - 623–640 H/1226–1242 M
37.  Al Musta’shim - 640–656 H/1242–1258 M






























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kekhalifahan bani Abbasiyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan bani Umayyah, diman pendiri bani Abbasiyah adalah keturunan al-Abbas, paman nabi Muhammad SAW yaitu Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali bin Abdullah ibn al-Abbas. Dimana pola pemerintahan yang di terapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya. 
Periodisasi Dinasti Abbasiyah
1.      Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M)
2.      Periode Kedua (232 H/ 847 M – 334 H/ 945 M)
3.      Periode Ketiga (334 H/ 945 M – 447 H/ 1055 M)
4.      Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/ 1194 M)
5.      Periode Kelima (590 H/ 1194 M – 656 H/ 1258 M)
Berikut silsilah Dinasti Bani Abbasiyah:
1.      Abu Abbas as Saffah - 132–136 H/750–754 M
2.      Abu Ja’far al Mansur - 136–158 H/754–775 M 
3.      Al Mahdi - 158–169 H/775–785 M 
4.      Musa al Hadi - 169–170 H/785–786 M 
5.      Harun al Rasyid - 170–193 H/786–809 M
6.      Al Amin - 193–198 H/809–813 M 
7.      Abdullah al Makmun - 198–218 H/813–833 M 
8.      Al Mu’tashim Billah - 218–227 H/833–842 M 
9.      Watsiq - 227–232 H/842–847 M 
10.  Al Mutawakkil - 232–247 H/847–861 M
11.  Al Muntasihir - 247–248 H/861–862 M 
12.  Al Musta’in - 248–252 H/862–866 M 
13.  Al Mu’taz - 252–255 H/866–869 M 
14.  Al Muhtadi - 255–256 H/869–870 M 
15.  Al Mutamid - 256–279 H/870–892 M
16.  Al Mu’tadhid - 279–289 H/892–902 M 
17.  Al Muktafi - 289–295 H/902–908 M
18.  Al Muqtadir - 295–320 H/908–932 M
19.  Al Qahir - 320–322 H/932–934 M
20.  Al Radhi - 322–329 H/934–940 M 
21.  Al Muttaqi - 329–333 H/940–944 M 
22.  Al Mustakfi - 333–334 H/944–946 M 
23.  Al Muti - 334–363 H/946–974 M
24.  Al Tha’i - 363–381 H/974–991 M 
25.  Al Qadir - 381–422 H/991–1031 M
26.  Al Qaim - 422–467 H/1031–1075 M 
27.  Al Muqtadi - 467–487 H/1075–1094 M
28.  Al Mustazhir - 487–512 H/1094–1118 M
29.  Al Musytarsyid - 512–529 H/1118–1135 M
30.  Al Rasyid - 529–530 H/1135–1136 M
31.  Al Muktafi - 530–555 H/1136–1160 M 
32.  Al Mustanjid - 555–566 H/1160–1170 M 
33.  Al Mustadhi - 566–575 H/1170–1180 M 
34.  Al Nashir - 575–622 H/1180–1225 M 
35.  Al Zahir - 622–623 H/1225–1226 M
36.  Al Mustanshir - 623–640 H/1226–1242 M
37.  Al Musta’shim - 640–656 H/1242–1258 M

















DAFTAR PUSTAKA

http://wahyufokus.blogspot.co.id/2010/02/silsilah-dinasti-bani-abbasiyah.html
https://yodisetyawan.wordpress.com/2008/05/19/periodisasi-dinasti-abbasiyah/
https://id.wikipedia.org/wiki/Kekhalifahan_Abbasiyah
http://sholikatia.blogspot.co.id/2014/06/sejarah-berdirinya-bani-abbasiyah.html


KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.




DAFTAR ISI

KATA PENGATAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.    Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.    Sejarah Bangkitnya Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
B.     Periode Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
C.    Silsilah Kekhalifahan Dinasti Abbasiyah
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA


MAKALAH SKI
“KEKHALIFAHAN DINASTI ABBASIYAH”

Hasil gambar untuk MTS NEGER MODEL SELONG









Oleh

MAHARANI PUTRI
KELAS : VIII – G





MTs. NEGERI MODEL SELONG
2016 / 2017

1 komentar:

  1. On the road, steroids could be called roids or juice.

    BalasHapus

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...