Rabu, 13 Desember 2017

MAKALAH MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL MELALUI AL-QUR’AN

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna (Q.S. At-Tin: 5). Secara fisik, manusia memiliki struktur tubuh yang sangat sempurna, ditambah lagi dengan pemberian akal, maka ia adalah makhluk jasadiyah dan ruhaniyah.  Akal yang dianugrahkan kepada manusia memiliki tingkatan kecerdasan yang berbeda-beda.
Banyak orang meyakini bahwa orang yang cerdas adalah orang yang memiliki kemampuan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, namun pada kenyataannya, tidak semua orang yang memiliki kemampuan IQ yang tinggi itu memiliki kemampuan adaptasi, sosialisi, pengendalian emosi, dan kemampuan spiritual. Banyak orang yang memiliki kecerdasan IQ, namun ia tidak memiliki kemampuan untuk bergaul, bersosialisai dan membangun komunikasi yang baik dengan orang lain. Banyak juga orang yang memiliki kemampuan IQ, tapi ia tidak memiliki kecerdasan dalam melakukan hal-hal yang dapat menentukan kebehasilannya di masa depan, prioritas-prioritas apa yang mesti dilakukan untuk menuju sukses dirinya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa Pengertian Kecerdasan Emosional ?
2.      Apa Tujuan Lembaga Pendidikan ?
3.      Bagaimana Cara Al-Qur'an Sebagai Solusi dalam Membangun Kecerdasan Emosional Siswa ?
4.      Apa Peran Orang Tua dan Guru dalam Membangun EQ pada diri Siswa ?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui Pengertian Kecerdasan Emosional
2.      Untuk mengetahui Tujuan Lembaga Pendidikan
3.      Untuk mengetahui Cara Al-Qur'an Sebagai Solusi dalam Membangun Kecerdasan Emosional Siswa
4.      Untuk mengetahui Peran Orang Tua dan Guru dalam Membangun EQ pada diri Siswa




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.[1] Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. [2] Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.[2] Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).[1] Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.
Menurut Howard Gardner (1983) terdapat lima pokok utama dari kecerdasan emosional seseorang, yakni mampu menyadari dan mengelola emosi diri sendiri, memiliki kepekaan terhadap emosi orang lain, mampu merespon dan bernegosiasi dengan orang lain secara emosional, serta dapat menggunakan emosi sebagai alat untuk memotivasi diri.
B.     Tujuan Lembaga Pendidikan
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang bertujuan mengembangkan kecerdasan spiritual, kecerdasan emosional, dan kecerdasan intelektual pada diri pelajar. Sehingga membentuk karakter bangsa yang taat kepada agama, berakhlak mulia, dan berwawasan luas. Pengertian pendidikan yang tertera dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1][1] Berdasarkan hal tersebut jelas bahwa tujuan pendidikan nasional mengedepankan pentingnya kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional dan berwawasan luas dalam kehidupan rakyat Indonesia. Dalam bahasan ini, penulis akan membahas tentang bagaimana pentingnya memiliki kecerdasan emosional. 

C.    Al-Qur'an Sebagai Solusi dalam Membangun Kecerdasan Emosional Siswa
Kecakapan emosional mencakup pengendalian diri, semangat, dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional dapat diajarkan dan akan memberikan peluang yang lebih baik dalam memanfaatkan potensi intelektual. Kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk menanggulangi tumbuhnya sifat mementingkan diri sendiri, mengutamakan tindak kekerasan, dan sifat-sifat jahat yang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional dapat mengendalikan diri, memiliki kontrol moral, memiliki kemauan yang baik, dapat berempati (mampu membaca perasaan orang lain), serta peka terhadap kebutuhan dan penderitaan orang lain sehingga memiliki karakter (watak) terpuji dan membangun hubungan antar pribadi yang lebih harmonis.[2][2] Di dalam kitab suci Al-Qur’an, Allah SWT memerintahkan kita untuk senantiasa bersabar supaya kita mendapatkan pertolongan dari-Nya. Sifat sabar berkaitan dengan kecerdasan emosional. Maka perintah sabar yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an merupakan pembelajaran bagi manusia agar mereka dapat mengembangkan kercerdasan emosionalnya. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',” (Q.S. Al-Baqarah: 45)
Mintalah pertolongan kepada Allah, untuk menghilangkan sifat-sifat pemalsuan, takabbur, dan keras hati kamu.[3][3]
Allah SWT berfirman dalam ayat lain yang berkaitan dengan kata sabar yang berhubungan dengan moral dan etika. Adapun moral dan etika yang baik adalah ciri dari kecerdasan emosional. Bunyi ayat Al-Qur’an tersebut yaitu:
Artinya: “Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang Itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik)”.(QS.Ar-Rad:22)
Ayat di atas menunjukkan bahwa ajaran moral dan etika dalam Islam memiliki kekhasan bersumber dari Allah subhanahu wa ta’ala. Atau dengan kata lain memiliki sibgah rabbaniyyah (celupan warna ketuhanan), baik dari segi sumbernya maupun tujuannya. Sumbernya adalah perintah Allah subhanahu wa ta’ala, dan tujuannya adalah mencapai keridaan-Nya.
Sabar adalah upaya menahan diri berdasarkan tuntutan akal dan agama, atau menahan diri dari segala sesuatu yang harus ditahan menurut pertimbangan akal dan agama. Dengan demikian sabar adalah kata yang memiliki makna umum. Namanya bisa beragam sesuai perbedaan obyeknya. Jika menahan diri dalam keadaan mendapat musibah disebut sabar, kebalikannya adalah al-jaza’u (sedih dan keluh kesah).[4][4]
Kedua ayat di atas mengandung pelajaran tentang bagaimana cara mengembangkan kecerdasan emosional. Seperti yang dijelaskan di atas, bahwa dengan sabar dan shalat akan menghilangkan sifat-sifat pemalsuan, takabbur, dan keras hati. Sedangkan penjelasan dari ayat yang lainnya menerangkan bahwa sabar merupakan upaya menahan diri dari segala sesuatu yang harus ditahan menurut pertimbangan akal dan agama. Dari keterangan tersebut dapat diartikan bahwa sifat sabar merupakan salah satu cara yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan emosional dalam diri seseorang.
Adapun membangun kecerdasan emosional siswa berarti bertujuan membangun kesadaran dan pengetahuan anak dalam upaya mengembangkan kemampuan nilai-nilai moral dalam dirinya. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengatasi beban hidup yang berat menjadi ringan. Termasuk mampu mengatasi semua kekurangan, stres, dan depresi. Kecerdasan emosional membimbing dan menciptakan motivasi untuk menjalani berbagai aktivitas sehingga terbentuk pribadi yang tangguh secara mental dan fisik, yang siap berjuang untuk meraih prestasi terbaik di dalam hidupnya.
Sedangkan tanpa kesadaran emosi, tanpa kemampuan untuk mengenali dan menilai perasaan serta bertindak jujur menurut perasaan tersebut, kita tidak dapat bergaul secara baik dengan orang lain, tidak dapat membuat keputusan dengan mudah, dan sering terombang-ambing, dan tidak menyadari diri sendiri.[5][5] 
Kenakalan pelajar adalah sebagian contoh dari kurangnya kecerdasan emosional pada diri mereka. Masalah lain yang muncul ialah bertalian dengan perilaku sosial, moralitas, dan keagamaan misalnya: 1). Keterikatan hidup dalam gang (peers group) yang tidak terbimbing mudah menimbulkan juvenile deliquency (kenakalan remaja) yang berbentuk perkelahian antar kelompok, pencurian, perampokan, prostitusi, dan bentuk-bentuk perilaku antisosial lainnya 2). Konflik dengan orang tua, yang mungkin berakibat tidak senang di rumah, bahkan minggat (melarikan diri dari rumah) 3). Melakukan perbuatan-perbuatan yang justru bertentangan dengan norma masyarakat atau agamanya, seperti menghisap ganja, narkotika, dan sebagainya.[6][6] Dari masalah ini, peran orang tua dan guru sangat penting dalam pembentukan karakter yang baik kepada anak agar perilaku buruk tersebut tidak terjadi pada diri mereka.
D.    Peran Orang Tua dan Guru dalam Membangun EQ pada diri Siswa
Orang tua merupakan pendidikan utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga.[7][7] Selain pendidikan pertama bagi anak-anaknya, orang tua juga adalah teladan pertama yang menjadi contoh bagi anak-anak mereka. Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Orang yang paling banyak diikuti oleh anak adalah orang tuanya. Mereka pulalah yang paling kuat menanamkan pengaruhnya ke dalam jiwa anak.[8][8]
Apabila orang tua tidak mendidik anak dengan baik maka akan berakibat buruk bagi psikologi anak. Beberapa kesalahan dalam mendidik anak di antarnya terlalu royal membelikan hadiah kepada anak, terlalu menuntut, terlalu membebani anak dengan masalah yang belum tepat pada usianya, tidak ada waktu untuk mereka, membanding-bandingkan anak, berperilaku yang tidak selayaknya di hadapan anak, dan kurang bisa menahan emosi di hadapan anak. Dampak atau akibat yang ditimbulkan dari kesalahan orang tua dalam mendidik anak adalah mereka menjadi anak yang manja, tidak dapat mengembangkan potensi dirinya karena tuntutan orang tua yang berlebihan, tidak dapat menyelesaikan permasalah diri sendiri, tidak dapat mengatur waktu dengan baik, pilih-kasih dalam bergaul, dan tidak mampu mengelola emosi mereka dengan baik.
Selain orang tua, sekolah juga berperan dalam mencerdaskan emosional anak. Seperti yang dijelaskan di atas, sekolah memiliki tujuan yaitu mengedepankan pentingnya kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional dan berwawasan luas dalam kehidupan rakyat Indonesia. Di dalam lingkungan sekolah, terdapat tenaga pendidik yang bertugas membimbing emosional siswa supaya mereka mampu menjadi manusia yang cerdas secara emosional. Guru yang memiliki peran penting dalam mengembangkan kecerdasan emosional siswa adalah guru Pendidikan Agama Islam.
Guru pendidikan agama Islam berperan dalam pengembangan kecerdasan emosional pada diri anak. Peranan guru dalam pengembangan kecerdasan emosional (EQ) adalah sebagai perencana, model, motivator, fasilitator dan evaluator. Sebagai pengajar guru membantu siswa agar mampu mengenal dan memahami emosi yang dialami, mengelola emosi yang dialami, memotivasi diri, memahami emosi teman-temannya atau orang lain dan mengembangkan hubungan dengan teman-temannya atau dengan orang lain.






























BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kecerdasan emosional (bahasa Inggris: emotional quotient, disingkat EQ) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.[1] Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. [2] Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan.[2] Kecerdasan emosional (EQ) belakangan ini dinilai tidak kalah penting dengan kecerdasan intelektual (IQ).[1] Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional dua kali lebih penting daripada kecerdasan intelektual dalam memberikan kontribusi terhadap kesuksesan seseorang.
Tujuan pendidikan nasional mengedepankan pentingnya kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional dan berwawasan luas dalam kehidupan rakyat Indonesia.
Adapun membangun kecerdasan emosional siswa berarti bertujuan membangun kesadaran dan pengetahuan anak dalam upaya mengembangkan kemampuan nilai-nilai moral dalam dirinya. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional akan mampu mengatasi beban hidup yang berat menjadi ringan. Termasuk mampu mengatasi semua kekurangan, stres, dan depresi. Kecerdasan emosional membimbing dan menciptakan motivasi untuk menjalani berbagai aktivitas sehingga terbentuk pribadi yang tangguh secara mental dan fisik, yang siap berjuang untuk meraih prestasi terbaik di dalam hidupnya.











DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional
http://kecerdasaneq.blogspot.co.id/



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A.    Latar Belakang.............................................................................................................
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................
C.    Tujuan...........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A.    Pengertian Kecerdasan Emosional ............................................................................
B.     Tujuan Lembaga Pendidikan ....................................................................................
C.    Al-Qur'an Sebagai Solusi dalam Membangun Kecerdasan Emosional Siswa .......
D.    Peran Orang Tua dan Guru dalam Membangun EQ pada diri Siswa ..................
BAB III PENUTUP...........................................................................................................
A.    Kesimpulan...................................................................................................................
DAFATAR PUTAKA.......................................................................................................


















KATA PENGANTAR

Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.






















MAKALAH
MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL
MELALUI AL-QUR’AN
Dosen Pengampu : Wawan Kurnia, M.Pd
 









DISUSUN OLEH :
NAMA KELOMPOK :

1.  ANDRIYANI
2.  JULIANA
3.  LILIK RUKMARDIANTI
4.  SAIDAH
5.  MARYUNI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIAYAH
NAHDLATUL ULAMA (STITNU)
ALMAHSUNI DANGER
TP. 2017 / 2018



[1][1] Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Diadit Media, 2011), h.  2
[2][2] Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan (Jakarta: Bumi Askara, 2009), h. 112
[3][3] Al-Hassan, Tafsir Al-Furqan (Jakarta: Dewan Da’wah 1987) Cet.1. h.13
[4][4] Ar-Rāgib Al-Asfānī, Mufradāt Garībil-Qur’an, (Beirut: Dārul-Fikr, t.th), h. 273
[5][5] Jeanne Segal, Meningkatkan Kecerdasan Emosional (Jakarta: Cipta Askara), h. 2
[6][6] Abin Syamsuddin Makmun, Psikologi Kependidikan (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 137
[7][7] Eneng Muslihah, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Diadit Media, 2011), h. 88
[8][8] Muhammad Ibnu Abdul Hafidh Suwaid, Cara Nabi Mendidik Anak (Jakarta: Al-I’tishom Cahaya Umat, 2006), h. 57

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...