Rabu, 11 April 2018

MAKALAH PENGARUH IKLIM DAN CUACA TERHADAP PERTUMBUHAN BAWANG MERAH

MAKALAH
Pengaruh Iklim dan Cuaca pada Bawang Merah (Allium ascalonicum L.)







Oleh

Nama    : MUHAMMAD FAJRUL FALAK


UNIVERSITAS GUNUNG RINJANI
2018





Sembah sujud penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena anugerah dan rahmat-Nya jualah sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin, yang mana telah memakan waktu dan pengorbanan yang tak ternilai dari semua pihak yang memberikan bantuannya, yang secara langsung merupakan suatu dorongan yang positif bagi penulis ketika menghadapi hambatan-hambatan dalam menghimpun bahan materi untuk menyusun makalah ini.
Namun penulis menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, baik dari segi penyajian materinya maupun dari segi bahasanya. Karena itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif senantiasa penulis harapkan demi untuk melengkapi dan menyempurnakan makalah ini.























KATA PENGATAR.................................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A.    Latar Belakang..............................................................................................
B.     Rumusan Masalah.........................................................................................
C.    Tujuan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
A.    Cuaca dan Iklim ...........................................................................................
B.     Suhu atau Temperatur Udara.....................................................................
C.    Tekanan Udara ............................................................................................
D.    Angin..............................................................................................................
E.     Kelembapan Udara.......................................................................................
F.     Curah Hujan .................................................................................................
G.    Radiasi Matahari...........................................................................................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
A.    Kesimpulan ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................














                                                
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia, berasal dari IranPakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis. Umbi bawang dapat dimakan mentah, untuk bumbu masak, acar, obat tradisional, kulit umbinya dapat dijadikan zat pewarna dan daunnya dapat pula digunakan untuk campuran sayur.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa pengaruh cuaca dan iklim terhadap tanaman bawang merah ?
2.      Apa pengaruh suhu atau temperatur udara terhadap tanaman bawang merah ?
3.      Apa pengaruh tekanan udara terhadap tanaman bawang merah ?
4.      Apa pengaruh angin terhadap tanaman bawang merah ?
5.      Apa pengaruh kelembapan udara terhadap tanaman bawang merah ?
6.      Apa pengaruh curah hujan terhadap tanaman bawang merah ?
7.      Apa pengaruh radiasi matahari terhadap tanaman bawang merah ?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengaruh cuaca dan iklim terhadap tanaman bawang merah
2.      Mengetahui pengaruh suhu atau temperatur udara terhadap tanaman bawang merah
3.      Mengetahui pengaruh tekanan udara terhadap tanaman bawang merah
4.      Mengetahui pengaruh angin terhadap tanaman bawang merah
5.      Mengetahui pengaruh kelembapan udara terhadap tanaman bawang merah
6.      Mengetahui pengaruh curah hujan terhadap tanaman bawang merah
7.      Mengetahui pengaruh radiasi matahari terhadap tanaman bawang merah








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Cuaca dan Iklim
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
 Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Iklim dapat terbentuk karena adanya:
a.        Rotasi dan revolusi bumi sehingga terjadi pergeseran semu harian matahari dan tahunan; dan
b.        Perbedaan lintang geografi dan lingkungan fisis. Perbedaan ini menyebabkan timbulnya penyerapan panas matahari oleh bumi sehingga besar pengaruhnya terhadap kehidupan di bumi.
Ada beberapa unsur yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim suatu daerah atau wilayah, yaitu: suhu atau temperatur udara, tekanan udara, sinar matahari (radiasi matahari), angin, kelembaban udara, dan curah hujan, disini akan berusaha fokus untuk membahas ataupun mengupas tentang salah satu unsure yang mempengaruhi iklim, yaitu: sinar matahari (radiasi matahari). Tetapi, untuk membahas radiasi matahari tersebut, kita harus membahas unsur-unsur iklim yang lain terlebih dahulu. Pada akhirnya kita akan masuk kedalam pokok bahasan mengenai sinar matahari (radiasi matahari).
B.     Suhu atau Temperatur Udara
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam atmosfer. Alat untuk mengukur suhu atau temperatur udara atau derajat panas disebut Thermometer. Biasanya pengukuran suhu atau temperatur udara dinyatakan dalam skala Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F).
Udara timbul karena adanya radiasi panas matahari yang diterima bumi. Tingkat penerimaan panas oleh bumi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
a.       Sudut datang sinar matahari, yaitu sudut yang dibentuk oleh permukaan bumi dengan arah datangnya sinar matahari. Makin kecil sudut datang sinar matahari, semakin sedikit panas yang diterima oleh bumi dibandingkan sudut yang datangnya tegak lurus.
b.      Lama waktu penyinaran matahari, makin lama matahari bersinar, semakin banyak panas yang diterima bumi.
c.       Keadaan muka bumi (daratan dan lautan), daratan cepat menerima panas dan cepat pula melepaskannya, sedangkan sifat lautan kebalikan dari sifat daratan.
d.      Banyak sedikitnya awan dan ketebalan awan mempengaruhi panas yang diterima bumi. Makin banyak  atau makin tebal awan, maka akan  semakin sedikit pula panas yang diterima bumi.
C.    Tekanan Udara
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara adalah suatu gaya yang timbul akibat adanya berat dari lapisan udara. Besarnya tekanan udara di setiap tempat pada suatu saat berubah-ubah. Makin tinggi suatu tempat dari permukaan laut, makin rendah tekanan udaranya. Hal ini disebabkan karena makin berkurangnya udara yang menekan. Besarnya tekanan udara diukur dengan barometer dan dinyatakan dengan milibar (mb).
Tekanan udara dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1)      Tekanan udara tinggi, lebih dari 1013 mb.
2)      Tekanan udara rendah, kurang dari 1013 mb.
3)      Tekanan di permukaan laut, sama dengan 1013 mb.
D.    Angin
Angin merupakan salah satu unsur cuaca dan iklim. Angin adalah udara yang bergerak dari daerah bertekanan udara tinggi ke daerah bertekanan udara rendah. Ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui tentang angin, yaitu meliputi:
a)      Kecepatan Angin
b)      Kekuatan Angin
c)      Arah Angin
d)     Macam-macam Angin
E.     Kelembapan Udara
Unsur keempat yang dapat berpengaruh terhadap cuaca dan iklim di suatu tempat adalah kelembaban udara. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam massa udara pada saat dan tempat tertentu. Alat untuk mengukur kelembaban udara disebut psychrometer atau hygrometer.
Kelembaban udara dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu:
Ø  Kelembaban mutlak atau kelembaban absolut, yaitu kelembaban yang menunjukkan berapa gram berat uap air yang terkandung dalam satu meter kubik (1 m3) udara.
Ø  Kelembaban nisbi atau kelembaban relatif, yaitu bilangan yang menunjukkan berapa persen perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara dan jumlah uap air maksimum yang dapat ditampung oleh udara tsb.

                                                     Kelembaban mutlak udara
       Kelembaban Nisbi = –––––––––––––––––––––– x 100 %
                                                         Nilai jenuh udara
F.     Curah Hujan
Curah hujan adalah jumlah air hujan yang turun pada suatu daerah dalam waktu tertentu. Alat untuk mengukur banyaknya curah hujan disebut Rain Gauge. Curah hujan diukur dalam harian, bulanan, dan tahunan. Curah hujan yang jatuh di wilayah Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
o   Bentuk medan atau topografi;
o   Arah lereng medan;
o   Arah angin yang sejajar dengan garis pantai; dan
o   Jarak perjalanan angin di atas medan datar.
G.    Radiasi Matahari
Radiasi surya (surya = matahari) adalah merupakan sumber energi utama untuk proses-proses fisika  atmosfer yang menentukan keadaan cuaca dan iklim di atmosfer bumi. Radiasi matahari adalah factor essensial pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Cahaya memegang peranan penting dalam proses fisiologis tanaman, terutama fotosintesis, respirasi, dan transpirasi. Di dalam hal ini, matahari berfungsi sebagai mengatur fotosintesis pada tanaman dan mendorong evapotranspirasi. Sedangkan untuk lahan itu sendiri, matahari berfungsi sebagai penaik suhu permukaan lahan dan membantu evaporasi. Cahaya yang diserap daun 1-5% untuk fotosintesis, 75-85% untuk memanaskan daun dan transpirasi.
Ada 3 hal yang menentukan besarnya Radiasi Matahari ke Bumi, yaitu:
Ø  Sudut datang matahari (dari suatu titik tertentu di bumi) atau dapat disebut juga sebagai jarak dari Matahari ke Bumi
Ø  Panjang hari
Ø  Keadaan atmosfer (kandungan debu dan uap air) atau dapat juga disebut dengan intensitas radiasi matahari. Hal ini tergantung kepada jumlah, tipe, dan tebal awan yang menghalangi lintasan atau sinaran radiasi matahari.
Dalam hal ini kita harus mengaitkan seluruh informasi yang kita dapat denga bahan penelitian kita, yaitu: Bawang Merah (Allium ascalonicu). Dari data yang saya dapatkan di berbagai web-site dan beberapa jurnal maupun skripsi yang berbentuk format pdf, maka saya mendapatkan informasi tentang kehidupan Bawang Merah dalam suatu iklim dan dapat tumbuh dan berkembang dangan sangat baik pada iklim dan cuaca tersebut beserta dengan factor-faktor iklim dan cuaca tersebut.
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl saja. Secara umum, tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6 – 6,5.
Pada tanah-tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang merah akan kerdil dan sering menyebabkan umbi-umbinya mudah menjadi busuk. Di samping itu, tanaman ini sangat tanggap (responsif) terhadap pH tanah. Bila pH kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam Aluminium (Al). Sebaliknya, bila pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah (suhu antara 25o – 32o C). Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angin yang sepoi-sepoi dan tidak terlalu kuat. Suhu yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya 30o C, Angin merupakan faktor iklim yang juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung menerpa tanaman bawang merah akan dapat menyebabkan kerusakan tanaman karena sistem perakaran yang terjadi pada tanaman bawang merah yang sangat dangkal.
Tanaman bawang merah itu sendiri sangat rentan terhadap curah hujan tinggi. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah antara 300 – 2.500 mm/tahun. Kelembaban udara (nisbi) yang sesuai adalah antara 80 – 90 %. Intensitas sinar matahari penuh, lebih dari 14 jam/hari. Oleh sebab itu, tanaman ini tidak memerlukan naungan/pohon peneduh.
Hindari tanaman bawang merah ini dari curah hujan yang tinggi dan kelembaban yang terlalu tinggi, karena itu akan memudahkan jamur untuk hidup di tanaman bawang merah tersebut. Contohkan saja Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum). mengatakan bahwa penyakit layu Fusarium (F. oxysporium).
Koloni pada media OA atau PDA (25oC) mencapai diameter 3,5 – 5,0 cm. Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokhia terbentuk hanya pada beberapa strain. Koloni berwarna kekuningan hingga keunguan. Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid.
Mikrokonidia bersepta 0 hingga 2, terbentuk lateral pada fialid yang sederhana, atau terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang pendek, umumnya terdapat dalam jumlah banyak sekali, terdiri dari aneka bentuk dan ukuran, berbentuk avoid-elips sampai silindris, lurus atau sedikit membengkok, dan berukuran (5,0 – 12,0) x (2,2 – 3,5) μm.
Makrokonidia jarang terdapat pada beberapa strain, terbentuk pada fialid yang terdapat pada konidiofor bercabang atau dalam sporodokhia, bersepta 3 – 5, berbentuk fusiform, sedikit membengkok, meruncing pada kedua ujungnya dengan sel kaki berbentuk pediselata, umumnya bersepta 3, dan berukuran (20) 27 – 46 (50) x 3,0 – 4,5 (5) μm. Khlamidospora terdapat dalam hifa atau dalam konidia, berwarna hialin, berdinding halus atau agak kasar, berbentuk semi bulat dengan diameter 5,0 sampai 15 μm, terletak terminal atau interkalar, dan berpasangan atau tunggal.
Serangan adalah dasar dari umbi lapis Akibatnya baik pertumbuhan akar maupun umbi lapis terganggu. Gejala visual adalah daun yang menguning dan cenderung terpelintir (terputar). Tanaman sangat mudah tercabut karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk
Pada dasar umbi terlihat cendawan yang berwarna keputih-putihan, sedangkan apabila umbi lapis dipotong, membujur terlihat adanya pembusukan berawal dari dasar umbi meluas baik ke atas maupun ke samping, Serangan lanjut akan mengakibatkan tanaman mati, dimulai dari ujung daun dan dengan cepat menjalar ke bagian bawahnya.
Gejala penyakit layu Fusarium adalah ujung daun layu dan menguning, melinting dan nekrosis, akar berwarna hitam dan rapuh, dasar akar membusuk. Fusarium dapat juga menyerang umbi bawang yang telah dipanen yang terdapat dalam gudang penyimpanan. Jika terinfeksi melalui bibit, gejala serangan mulai terlihat pada umur 7 – 14 hari setelah tanam. Sedangkan jika terinfeksi melalui tanah, gejala serangan mulai terlihat pada umur > 30 hari sesudah tanam.
Fusarium dapat bertahan lama sebagai saprofit dalam tanah. Di dalam tanah jamur ini dapat bertahan selama 3 tahun. Tanah dianggap sebagai sumber infeksi yang terutama. Populasinya akan meningkat jika di situ ditanam tanaman yang sesuai. Jamur ini menginfeksi melalui akar, terutama melalui luka-luka, lalu menetap dan berkembang di berkas pembuluh. Pengangkutan air dan hara tanah terganggu yang menyebabkan tanaman menjadi layu. Jamur membentuk polipeptida, yang disebut likomarasmin, yang dapat mengganggu permeabilitas membran plasma dari tanaman. Sesudah jaringan pembuluh mati, pada waktu udara lembab jamur akan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang terinfeksi.
Jamur dapat menginfeksi tanaman melalui bermacam-macam luka pada akar, misalnya luka yang terjadi karena pemindahan bibit, karena pembumbunan, atau luka karena serangga dan nematode.
Penyakit layu fusarium atau di daerah Brebes dikenal dengan penyakit ”ngoler” disebabkan oleh cendawan (Fusarium oxysporum). Penyakit ini dapat ditularkan melalui umbi bibit, udara, tanah, dan air. Penyakit ini berkembang pada suhu tanah 21-33o C. Suhu optimumnya adalah 28o C. Sedangkan curah hujan (1.500-2.500 mm/tahun) dan kelembaban udara yang membantu tanaman (70-90%), ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya. Walaupun begitu, patogen akan tumbuh dengan baik pada pH 3,6 – 8,4 pada media kultur. Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin akan kalium.
Pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan menyemprotkan fungisida berbahan aktif karbendenzim atau mankozeb. Apabila serangan belum terlalu banyak, langkah lain dapat ditempuh dengan mencabut dan membuang/membakar segera tanaman yang terserang. Untuk menghindari terjadinya hal seperti tersebut, sebaiknya sebelum anda melakukan penanaman, ada baiknya jika anda meneliti atau meninjau keadaan daerah tempat anda menanam. Meninjau dari segala factor. Termasuk juga faktor-faktor perubahan iklim seperti yang kita bahas sebelumnya. Mungkin anda bias melihat keadaan lahan saat siang hari, mendapatkan sinar mataharikah lahan tersebut atau tidak, curah hujannya tinggi atau tidak, terpaan angin yang cukup kuat atau tidak, dan lain sebagainya.
Itu semua harus kita perhatikan demi berlangsungnya kehidupan tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum) yang anda tanam di lahan anda tersebut, Itulah beberapa faktor yang telah saya tuliskan dalam jurnal ini dan  beberapa dampak negatifnya bila kita tidak memperhatikan faktor – faktor iklim tersebut. Semua penyajian yang saya berikan ini mungkin masih jauh dari sempurna. Jika ada kesalahan dalam penulisan jurnal ini, saya meminta maaf. 
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bawang merah (Allium cepa var ascalonicum (L) Back) merupakan sejenis tanaman yang menjadi bumbu berbagai masakan di dunia, berasal dari IranPakistan, dan pegunungan-pegunungan di sebelah utaranya, kemudian dibudidayakan di daerah dingin, sub-tropis maupun tropis.
Cuaca adalah keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.
 Iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (± minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas.
Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0 – 1.000 m di atas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian, ketinggian optimalnya adalah 0 – 400 m dpl saja. Secara umum, tanah yang tepat ditanami bawang merah ialah tanah yang bertekstur remah, sedang sampai liat, berdrainase baik, memiliki bahan organik yang cukup, dan pH-nya antara 5,6 – 6,5.
Pada tanah-tanah yang becek, pertumbuhan tanaman bawang merah akan kerdil dan sering menyebabkan umbi-umbinya mudah menjadi busuk. Di samping itu, tanaman ini sangat tanggap (responsif) terhadap pH tanah. Bila pH kurang dari 5,5, pertumbuhan tanaman akan kerdil karena keracunan garam-garam Aluminium (Al). Sebaliknya, bila pH di atas 6,5 garam Mangan (Mn) tidak dapat diserap tanaman, sehingga umbinya kecil-kecil dan hasilnya menjadi rendah.
Bawang merah paling menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan cuaca cerah (suhu antara 25o – 32o C). Tempatnya yang terbuka, tidak berkabut, dan angin yang sepoi-sepoi dan tidak terlalu kuat. Suhu yang paling baik jika suhu rata-rata tahunannya 30o C, Angin merupakan faktor iklim yang juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Angin kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung menerpa tanaman bawang merah akan dapat menyebabkan kerusakan tanaman karena sistem perakaran yang terjadi pada tanaman bawang merah yang sangat dangkal.




DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Bawang_merah

http://rahmawaty01.blogspot.co.id/2013/05/pengaruh-iklim-dan-cuaca-pada-bawang.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA SEBAGAI PROSES PENGUATAN MENTAL ANTI KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Beberapa negara di Asia memiliki beragam istilah tentang korupsi. Di China, Hong Kong dan T...